Rabu, 07 Agustus 2013

Cerita Ada-Ada Saja : KENTUT

MASALAH KENTUT
(Trilaksito Saloedji)



Beberapa hari ini Sandimin gelisah. Ada yang tidak enak di perutnya. Bahkan penderitaannya menjalar ke seluruh tubuhnya. Buang air besarnya terganggu. Bahkan buang anginnya pun macet total. Sehingga perutnya terasa kembung dan mulas. Kata orang tumbukan ‘’daun sembukan’’     ( Paederia foetida L) yang ditempelkan di perut bisa merangsang kentut keluar dari persembunyiannya. Upaya yang dilakukan ini gagal.

Hitung-hitung sudah tujuh hari Sandimin menderita. Sorenya seorang temannya datang bertandang ke rumahnya. Melihat keadaan Sandimin, dia iba dan mengantarkan ke seorang ahli pijat refleksi.

Terjadi dialog antara Sandimin dan ahli pijat refleksi.
-         Berapa hari tidak bisa buang angin ?
-         Seminggu Pak ?
-         Eh baru seminggu, pasien saya dulu ada yang dua minggu.
Mendengarkan kalimat ahli pijat refleksi tersebut, memberikan harapan kepada Sandimin bisa sembuh.

Sandimin tidur terlentang di dipan yang tinggi. Ahli pijat refleksinya duduk di kursi menghadap kedua telapak kakinya. Dengan alat kayu yang ujungnya mengerucut, telapak kakinya di tusuk dengan alat kayu tersebut. Sandimin menjerit kesakitan. Setiap menjerit, tusukannya dihentikan. Demikian berulang-ulang tusukan demi tusukan menjelajah di kedua telapak kakinya.

Di antara rasa sakit di telapak kaki, perutnya terasa longgar, kembungnya berkurang. Ada sesuatu yang berjalan di dalam perutnya menuju duburnya. Menerobos keluar tanpa permisi …….menimbulkan bunyi dan bau yang aduhai. Sang ahli pijat refleksi tersenyum sambil menutup hidungnya. Demikian berulangkali terdengar bunyi letusan kentut, sehingga ahli pijat refleksi hijrah keluar ruangan. Sandimin bisa tersenyum dan minta maaf .* 

Cerita Ada-Ada Saja : KUBIS

KUBIS
(Trilaksito Saloedji)



Waktu itu ada seorang ahli horticultura Belanda tinggal di Batu, namanya Van Kreemer. Dia menanam sayuran kool dan mengembangkan berbagai jenis kool. Antara lain bloemkool * = kol bunga, rode kool * = kol merah, witte kool * = kol putih, savoye kool * = kol Perancis, groene kool *= kol hijau. Keberhasilannya ditopang oleh kegigihan, kerajinan dan kepatuhan seorang pembantu kepercayaannya dalam berkebun sayur. Pembantunya adalah penduduk asli setempat, namanya Uji.  Sudah tua tetapi masih kuat dan bersemangat. Namun kekurangannya adalah telmi (telat mikir) alias bodoh, dan pelupanya tidak ketulungan lagi. Uji selalu lupa nama jenis-jenis kool yang ditanam / dipeliharanya. Berulang kali dia selalu menanyakan nama-nama itu kepada tuannya. Menjadikan Van Kreemer sering sewot. Tetapi mengingat kesetiaan dan pengorbanannya maka sang tuan bersabar menghadapinya.

Pada suatu siang keduanya berada di gudang, menyortir hasil panenan kool. Penyakit Uji muncul lagi. Yaitu menanyakan nama kool tersebut.
‘’ Tuan, kool yang ini namanya apa ?’’
Saat itu kesabaran sang tuan  tidak bisa terbendung. Mukanya merah padam, matanya menusuk tajam pandangan pembantunya. Dengan suara mantap disertai gemeretak gerahamnya dia  menjawab dengan dua kata : ‘’kool beest’’
Uji tidak tahu kalau tuannya marah. Dia segera berkata : ‘’Terimakasih Tuan, terimakasih, saya akan selalu mengingatnya. Nama sayur ini : ‘’kubis’’ ‘’
Sejak itu sang pembantu memberi tahu penduduk setempat bahwa tanaman kool itu namanya kubis. Dan nama itu lestari sampai sekarang.
Padahal yang dikatakan tuannya adalah sayuran itu namanya ‘’kool’’, karena marahnya dia mengeluarkan serapahnya : ‘’beest’’ * yang artinya binatang.
* (bahasa Belanda)

Cerita Ada -Ada Saja : SALAH TANGKAP

SALAH TANGKAP
(Trilaksito Saloedji)



Gonjang-ganjing dunia perpolitikan di Indonesia dengan adanya Pemberontakan G30S/PKI, terasa sampai ke pelosok desa-desa.  Pembersihan orang-orang PKI dan onderbouwnya gencar dilakukan. Keadaan mencengkam. Fitnah merajalela untuk menyingkirkan lawan-lawannya. Padahal kalau fitnah sudah termakan, tidak ada ampun lagi. Orang yang tidak bersalah bisa ditangkap, dan mereka tidak akan dapat dilacak lagi keberadaannya.

Fitnah menimpa teman sekerja saya. Dia bukan orang yang suka / aktif di dunia politik. Hidupnya untuk bekerja dan bekerja. Mungkin karena ada yang tidak senang padanya, maka pada suatu malam dia diciduk. Dengan hati yang galau dia membawa sarung dan jaket. Pamit kepada istri dan anak semata wayang yang masih kecil. Perpisahan yang menyedihkan disertai isak tangis dan keputus-asaan.

Orang-orang yang diciduk dikumpulkan di kantor polisi. Sang teman berusaha untuk tahu namanya. Apa namanya memang tercantum pada daftar penangkapan pada malam ini ? Mungkin masih ada nasib baik, dia bisa melihat daftar itu. Ternyata nama yang terpampang : Bahar. Tetapi dibelakangnya ada tambahan Sukahar. Jadi Bahar Sukahar, padahal namanya Bahar Baha’udin. Dengan diplomasi yang lama melawan  keacuhan aparat, akhirnya aparat malam itu menciduk Bahar Sukahar. Setelah itu Bahar Baha’udin dibebaskan.

Karena sangat gembira telah lepas dari lobang jarum, dia berlari pulang ke rumahnya. Pertemuan kembali dengan istrinya yang mengharukan. Tidak terlupakan sepanjang hayat dikandung badan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...