Kamis, 16 Mei 2013

SAWI GORENG


S A W I    G O R E N G
(Trilaksito Saloedji)

Aku lihat hp-ku yang barusan berbunyi. Sms dari Harun. Dia teman sejawatku yang memilih berdomisili di Banyuwangi setelah pensiun. Pilihan yang tepat. Karena istrinya harus menemani
ibunya yang sudah renta dan menerima estafet kepemilikan sawah ladang yang lumayan luas.

OO, SAYA KIRA MAU NIKAH ……….DI K.U.A


’’OO, SAYA KIRA MAU NIKAH ……….DI K.U.A.’’
(Trilaksito Saloedji)

Suatu malam aku menerima tilpun. Orang diseberang tilpun menyampaikan berita, bahwa seorang teman meninggal dunia. Innaa lillaahi wainnaa ilaihi raaji’uun. Dia  bertempat tinggal di seputar Jalan Vinolia Malang. Beberapa tetanggaku kenal dengan almarhumah teman tersebut, maka aku memberitahu pada malam itu juga.

OH PANTESAN ……….


OH PANTESAN ……….
(Trilaksito Saloedji)

 Waktu itu di Senayan masih ada perumahan Atlit. Disewakan antara lain kepada turis lokal, termasuk rombongan kami. Lokasinya memang strategis. Rombongan kami mulai pagi meninjau obyek-obyek wisata di Jakarta dan sekitarnya. Sorenya bebas. Bisa beristirahat di penginapan tersebut. Malamnya cari makan sendiri-sendiri. Paling praktis menunggu orang jualan makanan yang lewat.

NYIUR …BIRU …DI TEPI PANTAI


’’ NYIUR …BIRU …DI TEPI PANTAI …’’
 (Trilaksito Saloedji)

 Mengikuti tes pekerjaan di BUMN. Yang mewawancarai seorang Indo Belanda. Perawakannya tinggi besar, hidungnya mancung. Pada akhir wawancara dia bertanya : ’’Saudara dapat berbahasa Daerah Madura ?’’ Kuakui dengan terus terang : ’’Belum dapat’’. Tanyanya lebih lanjut : ’’Bagaimana Saudara dapat melaksanakan tugas di kebun, kalau tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Daerah ?’’ Mendengar pertanyaannya, hati jadi kecut. Jangan-jangan celah ini yang dipakai alasan untuk menolak lamaran saya. Namun dengan cepat dan tegas kujawab : ’’Saya harus cepat belajar dan menguasainya’’. Tanyanya lagi : ’’Saudara yakin ?’’

NUMPANG MAKAN SAHUR


NUMPANG MAKAN SAHUR
 (Trilaksito Saloedji)

Suasana bulan Ramadhan. Tidak lama setelah shalat tarawih biasanya adikku sekeluarga lalu tidur. Ibunya yang sudah tua kalau malam justru tidak bisa tidur. Matanya sudah rabun apalagi pada malam hari. Kalau malam selalu keluar dari kamarnya. Duduk sendiri di sofa ruang tengah yang luas. Ruang itu menjadi ruang keluarga, ruang santai sambil nonton televisi, sekaligus untuk ruang makan. Kadang-kadang beliau bisa tertidur di sofa itu.

MANIPULASI ………….URINE


MANIPULASI ………….URINE
(Trilaksito Saloedji)

Setelah diperiksa dokter, aku disarankan rawat inap. Menginap semalam, pagi harinya istriku bercerita bahwa kamar rawat inap sebelah terisi pasien baru. Katanya pasien tersebut adalah Pak Aji teman sejawatku. Selama ini nampaknya Pak Aji sehat-sehat saja. Dia pernah cerita kepadaku, bahwa dia takut ke dokter apalagi kalau disuntik. Tidak lama kemudian Sahral (seorang anak asuhku) datang mengantarkan makanan. Dia berkata : ’’Di luar saya ketemu Pak Aji, katanya Pak Aji mau minta tolong kepada saya Pak’’. Jawabku : ’’Ya sudah temui saja, biar nanti kamu tidak terlambat ke sekolah’’.

KUDA HITAM, BUKAN KUNING


KUDA HITAM,  BUKAN KUNING
(Trilaksito Saloedji)

Seorang lelaki Osing (penduduk asli Banyuwangi) kehilangan seekor kuda. Tangan kanannya membawa sebuah cemeti, dia bergegas melewati sebuah jalan desa untuk mencarinya. Sesampai di pertigaan jalan dia mendekati seorang lelaki yang berbelanja tembakau di toko orang Jawa.

KAMARNYA …….BU TRI ?


’’KAMARNYA ……BU TRI ?’’
(Trilaksito Saloedji)

Dokter Rumah Sakit di daerah kerjaku, merujuk istriku yang sakit ke Rumah Sakit di kota ini.
Hari Sabtu pagi kuantarkan, sampainya sudah siang. Setelah diperiksa dokter, ada masalah yaitu tidak ada kamar rawat inap yang kosong. Beberapa waktu kemudian ada berita bahwa nanti sekitar pukul lima sore ada kamar kosong, karena pasiennya sudah diijinkan pulang. Alhamdulillah. Sebelum waktu maghrib istriku sudah dipindahkan ke ruang itu.

DEMI YANG DI ATAS NAMPAN


DEMI YANG DI ATAS NAMPAN
(Trilaksito Saloedji)

Aku dan istri serta beberapa temanku menghadiri undangan kemanten di Batu Suki Resort & Hotel. Yang menarik perhatianku adalah pemangku hajat menyuguhkan acara adat kemanten yang belum pernah kulihat.
Pertama, kemanten putri berjalan perlahan di gandeng ayah dan ibunya diiringkan kerabatnya, memasuki gedung. Sesampai di dekat panggung berhenti, menunggu kedatangan kemanten putra.

BRED JEM BRED


BRED JEM BRED
(Trilaksito Saloedji)

Sepulang dari pengajian bakdal subuh di masjid, Mas Mul mengajak aku singgah ke rumahnya. Sebagai teman akrab kami sering saling berkunjung. Jadi meskipun masih pagi tidak ada masalah bila aku berkunjung. Setelah masuk ke rumah dan Mas Mul berbicara dengan istrinya, dia berkata kepadaku :  ’’Mbakyumu lagi buat ‘bred jem bred’ Dik, tunggu sebentar’’.

AMIS (2)


AMIS (2)
(Trilaksito Saloedji)

Seorang ibu memanggil tukang sayur yang lewat di muka rumahnya. Membeli ikan air tawar sekalian minta kepada tukang sayur untuk membersihkan sisik dan insangnya. Sementara itu dia kembali ke dapur meneruskan pekerjaannya sebentar. Putri kecilnya yang serba ingin tahu, mendekat ke tukang sayur yang sedang mengerjakan pemintaan pelanggannya. Setelah kembali ke depan melihat putrinya, ibu tersebut berkata : ’’Jangan dekat-dekat Bang Sayur yang sedang  membersihkan ikan, ‘amis’ Nak’’. Tukang sayur yang asyik memainkan pisau di tubuh ikan, berkata : ’’Ah kagak Bu, mana mungkin ‘ikan amis’ ’’.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...