Sabtu, 06 April 2013

JENAZAHNYA …….TERTIDUR


’’JENAZAHNYA’’ …….TERTIDUR
 (Trilaksito Saloedji)

Pengajian ba’dal shalat subuh pagi ini tentang : ’’Teori dan praktek mengkafani jenazah’’.
Tiga lembar kain kafan telah dipasang berlapis di atas karpet/sajadah masjid. Sukarelawan yang berperan sebagai ’’jenazah’’ adalah seorang remaja. Siap tiduran terlentang di atas kain kafan, kedua tangan ditumpangkan di atas dadanya.

BUS-BUS LENG-LENG


BUS-BUS  LENG-LENG
(Trilaksito Saloedji)

Bekerja di lapangan. Berpanas-panas di terik matahari. Berjalan diterpa angin. Atau berbasah kuyub diguyur hujan. Menghadapi orang ’’lapangan’’ yang lebih ’’spontan’’ dari pada pegawai kantoran. Itulah resiko pekerjaan yang sudah menjadi pilihanku..

SOUP A SOUP


’’ SOUP  A  SOUP ’’
 (Trilaksito Saloedji)

Menjelang sore kami bertujuh dalam satu kendaraan menuju Surabaya. Akan menghadiri undangan kemanten seorang keluarga. Senang bisa bertemu sanak saudara dan para sesepuh kami. Setelah bernostalgia dengan mereka sepantasnya, kami menuju ke meja prasmanan. Cicip sana, cicip sini. Menikmati makanan yang kami sukai. Sambil ngobrol dengan orang-orang yang kami kenal.

ADA PENCOPET DI PANTAI BEKOL


ADA PENCOPET  DI PANTAI  BEKOL
(Trilaksito Saloedji)

 Semalam menginap di lantai menara pengawas hutan Baluran. Angin malam yang dingin masuk dari sela-sela sambungan dinding kayu. Angin juga menerobos dari atas menara lewat jalan undak keatas yang terbuka. Tidur dengan alas seadanya. Ruang yang tidak luas dijejali sekian banyak orang. Semua lelaki, mayoritas orang muda dan anak remaja. Tidur kami tidak lelap.Ada yang mengisi waktu dengan percakapan dan canda. Sambil menikmati suasana suara-suara malam di tengah hutan.

KUMPUL ………. KERBAU BALURAN


KUMPUL ………. KERBAU BALURAN
(Trilaksito Saloedji)

 Kelengkapan surat-surat ijin diperiksa oleh petugas pos pemeriksaan masuk hutan Baluran.  Setelah selesai, perjalanan kami teruskan. Lewat jalan makadam yang tidak mulus. Lubang-lubang lebar dan dalam menghiasi sebagian besar permukaannya. Mengguncang-guncangkan badan kami di dalam kendaraan tanpa ampun. Sedikit terhibur bisa melihat burung merak dengan bulu-bulunya yang sangat indah. Mendengar suara ayam hutan setelah melihat sepintas di antara tanaman perdu yang meranggas. Yang menyenangkan melihat sekelompok rusa di dekat jalan makadam ini. Namun begitu terdengar deru mobil-mobil rombongan kami, mereka lari menghilang dalam waktu sekejap.

EMPRIT


EMPRIT……
(Trilaksito Saloedji)

Setelah melalui tes dan wawancara, aku diterima bekerja di sebuah BUMN. Namun masih harus
tes kesehatan ke seorang Dokter yang ditunjuk. Dengan berbekal surat pengantar, sore itu juga aku ke tempat praktek Dokter tersebut di kawasan Surabaya Selatan. Di situ telah menunggu dua orang pemuda.Yang seorang telah kukenal sewaktu tes wawancara.

ARTI SEBUAH NAMA


ARTI SEBUAH NAMA
(Trilaksito Saloedji)

Tukang kebun part time-ku namanya Pak Slagi. Suatu hari aku mendengar bahwa dia mendapat seorang cucu lelaki yang baru dilahirkan anak sulungnya. Maka aku bertandang ke rumahnya. Aku ditemui di ruang tamunya yang sempit.
Kemudian masuklah seorang anak muda. Menyalami kami berdua sambil cium tangan. Pak Slagi bilang :  ’’Ini anak saya Pak, namanya Boing’’. Aku tersenyum, lalu bertanya : ’’Nanti cucunya diberi nama siapa Pak Slagi?’’ Jawabnya : ’’Kalau menantu saya setuju, saya beri nama ‘Sakli’, biar mudah mengingatnya Pak. Anak saya perempuan sih setuju saja’’.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...