Alkisah kudongengkan tentang sinder segala zaman
Kepada anda dan andika sekalian
Dari zaman penjajahan sampai tahun sembilan puluhan
Lihat betapa kekar tanganku
Kuatnya genggamanku
Seolah dunia milikku
Dan lumat di cengkeramanku
Kesenangan dunia menjadi hidanganku
Setanggi bunga mengantarkan
Perempuan-perempuan ayu kepelukanku
( Amboi, betapa banyak tercecer mani
Di gunung di desa dan di pelosok negeri
( Membuahkan Indo Indo linglung sok kuasa sendiri )
Getar nasionalisme menyertai kurun ambil alih
Pemuda yang kental darah kebangsaannya
Berbaur dengan perilaku sinder jaman dahulu
Coreng moreng belang belonteng
Biarpun ada yang memberi dalih
Orang sekitar membuang muka penuh rasa risih
( Duhai, betapa kasihan yang bernama sinder
Tidak lagi bersinggasana di menara gading
Tidak lagi mandi di kolam susu
Dan wanita-wanita ayu jauh dari rangkulanmu )
Bumi gonjang ganjing pada era pra gestapu
Sinder pun pusing siapa yang digugu
Kebenaran jadi bumerang
Kerja acak-acakan
( Adik-adik, jangan kau tanya berapa pendapatan
Dan apakah cukup untuk sebulan )
Dentang genta Inpres 1975 membahana
Gaungnya seratus decibel memekakkan telinga
Melontarkan tai kuping yang nyumpel
Hai sinder, kau bukan yang paling pinter
Rekan kerjamu biar saja keminter
Tapi jangan sampai ikutan keblinger
( Amboi, kasihan benar tuh sinder
Di pabrik tiada yang nyatakan baik
Di lahan tiada yang mendengarkan
Di mana-mana jadi kambing hitam
Apakah ini karma pembalasan
Karena perilaku sinder zaman dahulu yang edan ) *
-- Wonolangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)