LAMBAUW
(Trilaksito Saloedji)
Kebanyakan orang mengenal dan menyebut LAMBAUW, atas sebuah kawasan di Jalan Tanjung Malang. Kawasan itu luasnya lebih dari 30 Hektare. Sejak tahun 1927 dijadikan Sekolah Pertanian (Cultuur shool/CS). Pada jaman Jepang dinamakan SPMT (Sekolah Pertanian Menengah Tinggi). Setelah Kemerdekaan, menjadi SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas Negeri).
LAMBAUW adalah istilah “kaprah” dari kata yang benar dalam bahasa Belanda yaitu LANDBOUW yang artinya : Berladang/Berkebun. Kawasan itu terdiri dari bangunan gedung, lapangan sepak bola dan volley-bal, serta lahan untuk bercocok tanam yang cukup luas.
Bangunannya terdiri dari gedung sekolah (ruang sekolah dan kantor), ruang olah raga, aula, asrama (putra dan putri), perumahan guru, gudang dan gudang alat-alat pertanian, garasi dan bengkel (traktor dan alat-alat pertanian), serta green-house. Ada juga sebuah ruang terbuka untuk penggilingan tebu.
Lahan pertanian ditanami tanaman keras dan tanaman semusim. Tanaman keras meliputi :
tanaman kopi, karet, kelapa sawit, kina, coklat. Tanaman semusim terdiri dari padi, jagung, tebu, kacang tanah, ubi jalar. Serta tanaman buah-buahan, antara lain jeruk, semangka
Ada juga kebun bunga dan anggrek yang ditanam di green-house.
Tempat pendidikan pertanian itu telah melahirkan ahli-ahli pertanian yang mengabdikan dirinya di pemerintahan dan swasta. Beberapa diantaranya ada yang menjadi pejabat tinggi antara lain Menteri Pertanian pada jaman Orde Baru.
Sangat disayangkan mulai akhir abad ke 20, kita tidak dapat menemukan LAMBAUW lagi. Kawasan hijau yang bisa menjadi penyerap air itu, telah di-alih fungsikan menjadi kawasan perumahan elite. Kita tidak dapat menemukan “cagar sejarah” yang menandai KOTA MALANG sebagai KOTA yang INDAH. * (bsl, 24/02/14).
Dan alhamdulillah ada yg trampil menulis..... Salam hormat...
BalasHapus