(Trilaksito Saloedji)
Tukang kebun part time-ku namanya
Pak Slagi. Suatu hari aku mendengar bahwa dia mendapat seorang cucu lelaki yang
baru dilahirkan anak sulungnya. Maka
aku bertandang ke rumahnya. Aku ditemui di ruang tamunya yang sempit.
Kemudian masuklah seorang anak
muda. Menyalami kami berdua sambil cium tangan. Pak Slagi bilang : ’’Ini anak saya Pak, namanya Boing’’. Aku
tersenyum, lalu bertanya : ’’Nanti cucunya diberi nama siapa Pak Slagi?’’ Jawabnya
: ’’Kalau menantu saya setuju, saya beri nama ‘Sakli’, biar mudah mengingatnya
Pak. Anak saya perempuan sih setuju saja’’.
’’Siapa nama anak sulung Pak Slagi ?’, tanyaku.
’’Sapon’’ , jawabannya singkat.
Begitu sederhana nama-nama
penghuni rumah ini. Terdiri dari dua suku kata.Aku mencoba mengorek alasan
pemberian nama yang tidak ada duanya ini.
’’Tadi Pak Slagi akan memberi nama cucunya : ‘Sakli’. Agar
mudah mengingatnya. Maksudnya apa to Pak ?’’, tanyaku.
’’Sebagai orang Jawa saya masih akrab dengan ‘hari dan
pasaran’. Orang tua memberi nama saya ‘Slagi’, artinya dilahirkan pada hari
Selasa dan pasarannya Legi’’, jawabnya. Aku tersenyum sambil bertanya : ’’Lha
yang lain ?’’
’’Anak sulung saya beri nama ‘Sapon’, karena lahir pada hari
Sabtu, pasarannya Pon. Yang nomer dua : ‘Boing’, Rebo Paing.. Pak Slagi
memaparkan nama anak-anak dan cucunya dengan tersenyum mantap.
Di dalam hati aku ketawa. Namun
agar tidak menyakiti hatinya aku tersenyum saja. Inikah arti sebuah nama ??? *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)