(Trilaksito Saloedji)
Hari sudah gelap ketika kami
sampai di komplek bangunan dengan menara pengawas yang tinggi. Ibu-ibu lalu
membagikan nasi kotak di ruang tamu yang tidak begitu luas, diterangi lampu
minyak. Kami yang muda-muda mencari tempat makan di luar. Ada yang di lantai pertama menara pengawas,
ada yang duduk di tangganya. Ada
yang duduk di batu-batu di antara ruang tamu dan tangga menara pengawas. Makan
di dalam kegelapan yang pekat. Hanya diterangi bintang-bintang dan bulan sabit.
Rasanya tidak nikmat, tetapi yang penting segera makan. Seorang teman yang suka
usil berkata serius : ’’Ada yang membau
sesuatu enggak ?’’ Yang lain menyambung : ’’Kayaknya iya’’. Lalu ada yang mau
muntah. Yang makan di sekitarnya jadi kacau. Ada yang benar-benar muntah. Suasana yang
tidak nyaman ini malah buat bahan tertawaan. Tidak ada yang marah, tidak ada
yang mengeluh.
Semalaman banyak yang bergadang,
sambil menikmati suasana hutan. Terdengar
suara binatang-binatang malam, seperti kucing hutan dan aum harimau serta suara
binatang-binatang kecil lainnya. Menjelang pagi kita bisa melihat remang-remang
dari menara pengawas : serombongan satwa besar, seperti kerbau hutan,
banteng dan rusa di padang rumput.
Pagi harinya kami baru tahu, ternyata tempat makan kita tadi malam ………
dekat sekali dengan tempat tumpukan kotoran kerbau hutan. Jadi makan malam
kumpul kotoran kerbau Baluran. Sialan ……. Melihat ini, isi perut rasanya
mendesak keatas………………mau muntah *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)