Sabtu, 06 April 2013

BUS-BUS LENG-LENG


BUS-BUS  LENG-LENG
(Trilaksito Saloedji)

Bekerja di lapangan. Berpanas-panas di terik matahari. Berjalan diterpa angin. Atau berbasah kuyub diguyur hujan. Menghadapi orang ’’lapangan’’ yang lebih ’’spontan’’ dari pada pegawai kantoran. Itulah resiko pekerjaan yang sudah menjadi pilihanku..

Suatu siang yang terik, aku masuk dan memeriksa suatu kebun yang selesai dibuka/diolah serta dibuat alur paritnya oleh operator ’’crowler tractor’’. Aku berjalan ke tengah kebun diikuti seorang mandor. Hari panas terik tidak kuhiraukan. Kalau hanya haus aku siap membawa fieldflesh yang penuh air minum.

Tiba-tiba angin bertiup kencang dengan suara yang khas. Dalam waktu singkat angin yang bergerak dari atas sambil berputar ke bawah, membawa tanah berdebu di kebun yang baru di traktor itu. Mengalir menuju kearah aku dan mandorku berdiri. Ada yang bilang ini “angin lesus”. Orang setempat bilang : “bus-bus leng-leng” (angin yang berputar). Jika menghadapi hal seperti itu, cerita seniorku : tetap berdiri diam, menutup mata, bertahan diri. Angin menyelubungi diri, seolah mau mengangkat tubuh ke atas, membawa topi pulkahku (topi kebun) terbang ke angkasa.

Begitu angin berlalu, topi pulkahku telah berpindah berpuluh-puluh meter dari tempatku.
Setelah keluar kebun jangan dikata bagaimana keadaan tubuh dan pakaian yang penuh debu. Mulai ujung rambut, alis, kumis dan seluruh pakaian dan tubuh sampai sepatu kebun-ku dilapisi debu putih ke abu-abuan. Busyet, ada yang bilang …….seperti prajuritnya prabu Ramawijaya*    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...