(Trilaksito Saloedji)
Hari Minggu ini tidak
dapat kunikmati berdua dengan isteriku.
Sejak pagi tadi, dia pergi bersama ibu-ibu ke Surabaya. Sebagai pengurus
paguyuban ibu-ibu di instansi ini, setiap bulan sekali belanja untuk ‘’meja penjualan’’ organisasinya.
Setelah berolah raga
sampai pukul 09.00, aku pulang. Ketika masih di dalam kamar mandi ada suara
heboh di luar. Terdengar suara lelaki, lalu pembantu perempuan menangis. Ada
apa gerangan? Aku cepat keluar. Mbok Djum sambil menangis berkata, bahwa
anaknya di daerah Jember meninggal.
‘’Siapa yang memberi
kabar?’’, tanyaku.
‘’Ini adik saya’’.
Setelah Mbok Djum pergi
dengan adiknya, lengkaplah keheningan di rumah ini. Aku masuk dapur. Kompor
dalam keadaan mati. Kembali ke ruang dalam. Di meja makan tersaji : sepiring
tempe goreng, sepiring tahu goreng dan seekor bandeng goreng. Rupanya Mbok Djum
belum sempat membuat sayur dan sambal kesukaanku.
Perut sudah lapar.
Membuka lemari makan dan kulkas. Mencari sesuatu yang bisa menambah selera
makan. Maksudku lalapan (semacam mentimun, kacang panjang, selada) dan sambal. Tiada
sesuatu pun. Malahan aku bersin beberapa kali. Alhamdulillah. Rasanya badan
letih, seperti mau flu.
Ingat ketika dijamu makan
di rumah Mas Parto beberapa bulan yang lalu. Aku melangkah ke dapur, mengupas
beberapa butir bawang merah. Mencucinya, lalu kuiris-iris. Jadilah ‘’sambal
kecap irisan bawang merah’’.
Aku makan, lahap sekali.
Kenikmatannya diiringi suara bawang merah yang beradu dengan gigiku. Pedasnya
membuat badanku berpeluh.
Ketika aku duduk nonton
teve, ingat pembicaraan di rumah Mas Parto.
‘’Mas begitu suka dengan
sambal kecap irisan bawang merah ini’’
‘’Ya, selain sebagai
pelengkap lauk, bagiku dapat meningkatkan daya tahan tubuh’’.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)