(Trilaksito Saloedji)
Sejak sama-sama bujangan,
aku dan Mas Darta bekerja dalam satu
kantor dan tinggal satu mess. Setelah menikah dan pindah ke lain kota, hubungan
kami tetap baik. Saling berkunjung.
Akhir minggu ini aku dan
isteriku ke rumahnya. Dijamu makan malam. Di atas meja makan tersedia lauk yang
menggugah selera makan. Sop sayur dilengkapi dengan bakso, ayam goreng dan
lalapan serta sambal terasi yang baunya merangsang.
Kami ber-empat makan
sambil bercakap-cakap dengan santai. Kesukaan Mas Darta akan lalapan rupanya
tetap seperti dulu. Daun selada yang hijau segar, mentimun dan kacang panjang,
dilahapnya. Tetapi yang mengherankan dia tidak mengambil sambal terasi sedikit
pun.
‘’Mas sekarang tak suka
sambal?’’, tanyaku. Yang menjawab isterinya :
‘’Siapa bilang, Mas Darta
sekarang sambalnya istimewa, lihat tuh’’
Aku melihat, di dekat
piring Mas Darta ada sebuah piring kecil. Isinya beberapa cabe rawit lengkap
dengan tangkainya, garam dapur, terasi dan sendok kecil.
Kami melihat Mas Darta
memegang tangkai cabe. Lalu ujung cabe dicocolkan ke garam dan ke terasi. Setelah
keduanya melekat pada cabe, lalu digigitnya. Dia lalu mengambil daun selada
atau lainnya dan memasukkan ke mulut untuk dikunyah bersama-sama cabe tadi.
Kami keheranan memandangnya.
‘’Mulai kapan Mas “nguleg”
(bahan sambal) itu dalam mulut?’’,
tanyaku disambut tawa yang hadir di situ.
‘’Tanya saja kepada
Mbakyumu’’.
Lalu isterinya cerita.
Suatu sore ketika dia sudah dijemput kendaraan untuk pergi bersama ibu-ibu yang
lain, bersamaan dengan datangnya Mas Darta dari kantor.
Isterinya berpesan :
‘’Mas, makanan sudah siap di meja makan, hanya sambelnya belum ku “uleg”
(dihaluskan dengan uleg-uleg), aku pergi dulu’’.
Kemudian Mas Darta
melanjutkan : ‘’Melihat cobek dan
isinya, malas untuk “nguleg”, maka aku mengambil cabe rawit, kucocolkan ke
garam dan terasi, lalu kugigit. Ternyata asyik juga. Aku bisa memperkirakan “imbangan
rasa” ketiga bahan tersebut di dalam mulut’’.
‘’Kalau semua orang
seperti Mas Darta, tidak ada lagi orang jualan cobek’’. Yang lain tertawa. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)