(Trilaksito Saloedji)
Setelah shalat isya’ di
Masjidil Haram kami langsung pulang ke maktab. Makan dan istirahat, lalu keluar
dari kamar, duduk di lobby yang tidak begitu luas. Jamaah lelaki bercengkerama
sambil menikmati teh susu atau kopi susu yang dijual di lobby itu.
Pembicaraan malam ini,
seputar perjalanan rombongan kami ke Tan’im tadi pagi. Tidak lama kemudian masuklah
ke lobby, dua orang teman kami dalam keadaan payah dan lusuh. Kami heran, tentu
ada sesuatu yang menimpa mereka. Apakah mereka, Pak Awi dan Pak Madji tersesat?
Diantara kami ada yang menyapa
: ‘’Pak Awi, baru datang?’’
Pak Madji yang menjawab :
‘’Ya, tadi kita ketinggalan bis’’
Yang lain menyahut, tidak
percaya : ‘’Ketinggalan di Tan’im?’’
Keduanya mengangguk. ‘’Bagaimana kejadiannya?’’, ada yang bertanya.
Setelah Pak Awi dan Pak
Madji duduk, dan dibawakan kepada mereka dua gelas kopi susu, maka Pak Madji
bercerita. Bahwa ketika rombongan keluar dari shalat dhuhur di masjid Tan’im,
keduanya ke kamar mandi/wc, untuk BAB.
Setelah selesai, keduanya
kebingungan mencari rombongannya. Mengetahui bahwa telah ditinggal, maka mereka
mencari kendaraan umum yang akan ke Makkah. Setiap ada bis atau kendaraan umum
lewat, pengemudi dan pembantunya berteriak : ‘’Haram ..... Haram .......’’.
Pikir Pak Awi dan Pak
Madji, kendaraan itu bukan atau tidak boleh untuk tumpangan (karena haram).
Demikian sampai berjam-jam
mereka berdiri di pinggir jalan. Akhirnya ada orang lewat, rupanya tahu masalah
keduanya. Maka ketika ada bis dan menawarkan :
‘’Haram .... Haram ......’’. Orang itu menghentikan, dan berkata kepada
keduanya : ‘’Masjidil Haram......’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)