(Trilaksito Saloedji)
Kujawab :
’’Saya yakin’’. Kemudian dia menjabat tanganku, aku dinyatakan diterima
bekerja di BUMN tersebut.
Dalam perjalanan
naik bis dari Surabaya ke Situbondo. Suasana pembicaraan sebagian penumpangnya
memakai bahasa Madura. Ada yang berbahasa Indonesia, kebanyakan dengan dialek
Madura. Perjalanan kuteruskan ke Asembagus dengan naik ’’oplet’’. Kernetnya
menarik ongkos. Kutanya : ’’Berapa ?’’
Jawabnya : ’’Segemek’’. Saya melihat kepada penumpang yang lain. Mereka
memberi uang dua puluh lima
rupiah. Saya mengikuti saja. Kutulis dalam notes saku, kosakata pertama :
’’Segemek’’.
Dengan penuh semangat untuk selalu bertanya, mencatat dan
mencoba bicara sendiri di muka cermin, usahaku berhasil. Dalam waktu kurang
dari dua bulan aku sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa Madura dan kemauanku
bisa dimengerti anak buahku.
Dan jangan harap ada langit yang berwarna ’’biru’’. Mereka
mengatakan bahwa langit itu berwarna ’’gadung’’.
Mungkin lagu :
’’Nyiur … hijau… ditepi… pantai…’’, bisa bisa diganti dengan : ’’Nyiur… biru…
di tepi pantai…’’.
- Catatan : hijau (bhs Jawa) =
biru (bhs Madura) ; biru (bhs Jawa) = gadung (bhs.Madura).*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)