(Trilaksito Saloedji)
Sepulang dari pengajian bakdal subuh di masjid, Mas Mul
mengajak aku singgah ke rumahnya. Sebagai teman akrab kami sering saling
berkunjung. Jadi meskipun masih pagi tidak ada masalah bila aku berkunjung.
Setelah masuk ke rumah dan Mas Mul berbicara dengan istrinya, dia berkata
kepadaku : ’’Mbakyumu lagi buat ‘bred
jem bred’ Dik, tunggu sebentar’’.
[* Mas Mul mengatakan : ‘bred jem bred’ , huruf ‘e’ dibaca
seperti kata : bebek = itik (bhs Indonesia )]. Mendengar nama yang
disebut, konotasi yang ada di benakku agak negatif. Seperti sesuatu yang
‘jelek, basah, kotor dan berlumpur’. Ah, peduli amat, tunggu saja apa yamg akan
terjadi.
Mbakyu Mul mengeluarkan dua cangkir kopi susu dan hidangan
di atas piring sambil berkata : ’’Ayo Dik….silakan’’. Mas Mul menyorongkan
sebuah piring berisi roti. Kuambil sebuah, lalu kuamati beberapa lama. Mas Mul
bertanya : ’’Kenapa Dik ?’’
Jawabku sekenanya : ’’Kasihan, makanan enak dan menarik
begini diberi nama yang kedengarannya ‘jelek’ sekali’’. Mas Mul tertawa. Aku
berkata : ’’Ini kan
roti berlapis selai’’
Mas Mul menyambung : ’’Ikut modernisasi Dik, biar keren
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Bread = roti, jam = selai. bread = roti.
Maka jadilah nama : ‘bred jem bred’ ‘’
Aku tertawa kena kibul atas nama : ‘modernisasi’. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)