Jumat, 14 Juni 2013

CERITA HUMOR : MANTAN KAPTEN KAPAL

MANTAN KAPTEN KAPAL
(Trilaksito Saloedji)

Awalnya aku duduk bersebelahan dengan seseorang yang seusia dengan aku pada acara tasyakuran haji. Aku memperkenalkan diri, dia pun menyambut uluran tanganku dengan menyebut namanya :  ‘’Sanusi’’. Selama acara tasyakuran tersebut kuperhatikan duduknya tidak bisa tenang, selalu berubah posisi dan badannya bergerak ke kiri dan kanan secara beraturan. Sangat menarik perhatian untuk mengajak bicara lebih lanjut.
- ‘’Tempat tinggal Bapak di mana ?’’, tanyaku. - ‘’Dekat Tandon air Pemda’’, jawabnya
- ‘’Tapi rasanya saya belum pernah ketemu Bapak’’, kataku.
- ‘’Memang saya baru saja kembali kesini. Setelah pensiun saya tinggal di Jakarta. Tetapi karena istri saya meninggal, akhirnya saya putuskan kembali ke rumah warisan orang tua di seberang tandon air, mencari ketenangan’’, jelasnya.
- ‘’Pilihan yang tepat,  memang di sini tenang, kita bisa beribadah dengan teratur karena letak masjid tidak jauh’’. Aku membenarkan langkahnya, lalu kusambung : - ‘’Sebenarnya sewaktu kecil saya juga tinggal disini’’. Tanyanya : - ‘’Di mana ?’’
- ‘’Dulu orang tua saya menyewa di Penanggungan 68’’. Dia memposisikan diri menghadap saya, memperhatikan saya mulai ujung rambut ke bawah. Lanjutnya : - ‘’Saya lupa, tolong ulangi nama  Bapak ?, tanyanya menegaskan. Jawabku : - ‘’Trilaksito’’.
- ‘’Dulu sekolah di SR NIROM muridnya Pak Kadir lalu Pak Aswata ?’’. – ‘’Benar !’’,jawabku
- ‘’Lho anda Sanusi teman lamaku dulu’’. – ‘’Benar tidak salah lagi’’, jawabnya sambil berdiri. Aku pun berdiri menyambut rangkulannya dengan akrab dan suka cita.
- ‘’Berapa tahun kita tidak ketemu’’, tanyanya.  - ‘’Sekitar lima puluh tahun’’

Lalu lamunanku melayang pada masa yang lalu. Dulu kami bertiga Sanusi, Matsari dan aku, kemana-mana selalu bersama. Pulang sekolah, mencari jambu biji, maupun mandi di kali Kadalpang. Sejak kami duduk di Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) sampai lulus Sekolah Menengah Pertama. Namun karena keadaan dan berbeda pilihan, keduanya masuk Sekolah Menengah Atas dan aku sendiri meneruskan ke Sekolah Pertanian Menengah Atas. Setelah itu kami berpisah. Tidak pernah bertemu.

Sesudah pertemuan itu, aku diajak ke rumahnya karena tidak jauh dari tempat undangan tasyakuran. Sanusi bercerita bahwa setelah keluar dari SMA lalu melanjutkan ke AIP (Akademi Ilmu Pelayaran). Setelah lulus bekerja berpindah-pindah dari satu Maskapai Pelayaran ke Maskapai yang lain melanglang buana. Yang terakhir masuk di PELNI menjadi kapten kapal yang berlayar ke Indonesia Timur. Banyak pengalamannya yang dituturkan kepadaku.

Aku bertanya : ‘’Tapi yang aku tidak mengerti San, kuperhatikan mengapa cara duduk dan berdirimu selalu bergoyang, seperti orang tidak tenang ?’’, tanyaku.
Jawabnya tersenyum : ‘’Mungkin dari kebiasaan di kapal sekian puluh tahun selalu digoyang ombak, badanku menyesuaikan. Aku tertawa sambil berkata : - ‘’Jadi kalau saya jadi petani yang setiap hari mencangkul, jalanku harus terbungkuk-bungkuk begitu ?’’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...