NASI GORENG PANAS
(Trilaksito Saloedji)
Mobil diparkir di Ngadisari, kemudian kami berjalan menuju
ke Cemoro Lawang. Hitung-hitung sambil menikmati hawa yang sejuk di sore hari.
Kami berjalan lewat jalan makadam, jalannya menanjak. Sebenarnya tidak jauh,
bagi orang-orang yang suka berjalan seperti kami berenam.
Sampai di Cemoro Lawang kami menuju ke Hotel satu-satunya
disitu, tempat kami akan menginap.. Seharian tubuh digoncang-goncangkan
kendaraan lewat jalan yang berliku menanjak dan banyak yang rusak. Ditambah
berjalan kaki sekitar enam kilometer. Rasanya penat namun tidak ada yang berani
mandi. Tidak ada air panas. Dinginnya minta ampun. Kata resepsionis suhu saat
itu delapan derajat Celcius.
Untuk makan malam kami pesan nasi goreng dan kopi panas atau
teh panas. Kami duduk tidak jauh dari koki yang memasak pesanan kami. Asap
memenuhi sekitar penggorengan nasi. Baunya merangsang hidung dan menggelitik
perut yang keroncongan. Lalu nasi goreng dipindahkan ke piring dan disajikan
kepada kami. Awalnya kami semua bersemangat untuk menyantap hingga licin
tandas. Tetapi baru dua suapan ada yang nyeletuk sambil menoleh ke tukang masak
: ‘’Nasi gorengnya kok dingin Dik’’ - : ‘’Karena disini suhunya rendah Pak.
Kalau makannya makin lambat akan semakin dingin’’.
- ‘’Bisa tidak, sampeyan sediakan nasi goreng yang panas
?’’, kata temanku sewot.
- ‘’Bisa, bisa Pak’’, kata tukang masak itu terbata-bata :
‘’Nasi yang dipiring Bapak saya masak lagi dan Bapak makan langsung dari
penggorengan (wajan) ketika saya masih memasaknya. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)