MEMANFAATKAN KESEMPATAN (1)
(Trilaksito Saloedji)
Kami mengikuti
jadwal praktek kerja prosesing gula tebu dan kelompok kerja masing-masing.
Pukul enam pagi kami sudah siap di tempat penggilingan dan prosesingnya. Pak
Guru praktek memberikan arahan, membagi kelompok menjadi tiga grup. Masing-masing
bertugas di penggilingan, pemasakan nira dan pencetakan gula secara bergantian.
Tempat penggilingan dan prosesing ini terletak di bangunan
beratap tanpa dinding. Masih di lingkungan sekolah. Di dalam bangunan itu ada
mesin penggiling dengan kapasitas kecil dan tempat tumpukan tebu yang sudah
ditebang. Ada
tungku tradisionil dengan beberapa wajan / penggorengan besar tempat memasak
air tebu atau nira. Ada
sebuah meja besar tempat mencetak gula dengan cetakan dari bambu (yang dipotong
melintang). Telah disiapkan juga beberapa alat seperti ember untuk menampung
nira yang keluar dari penggilingan dan memindahkan ke wajan. Penceduk nira
kental untuk memasukkannya ke cetakan potongan bambu. Dan alat-alat lainnya.
Kami bekerja sesuai teori yang kami dapat dari beberapa guru
dan buku pelajaran. Setelah pekerjaan mulai lancar Pak Guru praktek beranjak
dari tempat kegiatan ini. Ada
yang nyeletuk :
- ‘’Bagaimana tentang rencana kemarin ?’’ Lalu ada yang
menyahut : - ‘’Teruskan saja, apa ada yang tidak setuju ?’’ - ‘’Setuju’’. - ‘’Setuju’’. Kami semua sudah
sepakat apapun yang terjadi harus kita tanggung bersama.
Pak Guru praktek sampai siang belum kembali. Pada pemasakan
nira yang ketiga kalinya, kesempatan ini kami gunakan untuk merealisasikan
rencana kami. Beberapa ketela pohon kita masukkan kedalam wajan yang berisi
nira. Pada saat ketela pohon telah masak maka diangkat dan ditaruh pada tempat
yang telah kami sepakati. Hati kami berbunga-bunga, betapa nikmatnya nanti
setelah selesai kerja kita bisa menikmati ketela pohon masak gula, betapa
legitnya.
Ketika nira kental dicetak, hasil gula tebu tidak berwarna
merah kekuningan seperti sebelumnya, tetapi merah kehitaman. Setelah Pak Guru praktek
datang, beliau bertanya kepada kami, mengapa terjadi perubahan warna gula ?
Alasan kami bahwa api terlalu panas tidak bisa diterima oleh Pak Guru.. Setelah
praktek kerja usai, kami bersama-sama menyantap ketela pohon rasa gula yang
legit, meskipun di dalam hati ada rasa bersalah.
Setelah kami lulus, pada waktu acara perpisahan Pak Guru
Praktek sempat berbicara dengan santai : ‘’Saya bangga kalian bisa
menyelesaikan pelajaran di sekolah ini
dengan baik. Pesan saya kenakalan kalian di sini, jangan dibawa ke tempat
pekerjaan kalian. Memasukkan ketela pohon ke dalam nira yang kalian masak,
adalah salah satu contoh kalian menggunakan kesempatan untuk kepentingan
pribadi’’. Mendengar semuanya kami tersenyum malu. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)