’’ SOPIRNYA LARI……..SOPIRNYA LARI………’’
(Trilaksito Saloedji)
Pimpinan Pabrik
menugaskan saya untuk melayani seorang peneliti dan asistennya dari sebuah
Perguruan Tunggi yang terkenal, selama beliau di Pabrik Gula Jatiroto. Beliau
akan meneliti dan menggali budaya setempat dan memformulasikan, agar bisa
menunjang kegairahan petani Tebu Rakyat
untuk menanam tebu sesuai ketentuan.
Hari itu beliau
ingin mengetahui masyarakat desa di daerah pinggiran tanah H.G.U. (Hak Guna
Usaha) pabrik. Maka saya antar dengan kendaraan ril, yang dikenal dengan
nama ’’draisin ’’. Orang setempat menamai ’’dreksi ’’ (mungkin
mengadopsi dari nama ’’direksi ’’)
Draisin, seperti
mobil, bentuknya kotak empat persegi. Di bak muka, bisa untuk duduk empat
orang. Di bak belakang, pinggir kanan adalah tempat duduk sopir, pinggir kiri
ada satu tempat duduk Di antara dua tempat duduk ini adalah tempat mesin. Sebelah
muka dan belakang berkaca lebar seperti kendaraan pada umumnya. Tetapi pinggir
kanan dan kiri kendaraan ini terbuka, sehingga penumpangnya betul-betul
menikmati AC alam
Beliau duduk di bak muka sebelah kiri, sedang asistennya
(seorang cewek) duduk di sebelah kanan. Sedangkan saya memilih duduk di bak
belakang sebelah kiri.
Kemudian dari muka (masih jauh) terlihat moncong lokomotif,
sedang menarik rangkaian lori tebu menuju ke Utara. Alarm lampu dan bunyi
sulingnya memberi tanda agar kendaraan ril yang berada di mukanya segera
menyimpang ke jalur lain. Sedangkan draisin ini menuju ke arah Selatan, pada
jalur ril yang sama dengan lokomotif tersebut.
Kata sang asisten cemas : ’’Kalau begini kita bagaimana
?’’
Saya menjawab santai : ’’Tenang saja Bu’’.
Lokomotif makin dekat, lampu loko menyala, ketakutannya
makin tampak. Apalagi setelah dilihat sopir draisin ini meloncat turun dan lari
ke muka mendahului draisin yang sedang berjalan perlahan. - ’’Sopirnya lari……sopirnya lari…….’’, katanya panik.
Saya bicara lagi : ’’Santai saja Bu, sopirnya sudah tahu
kewajibannya’’.
Sang sopir kemudian, memindah handel “ wesel “, sehingga draisin ini mengikuti jalur
jalan lori belok ke kanan. Setelah itu handel wesel dipindah lagi seperti semula. Sehingga lokomotif dan rangkaian lori isi
tebu tersebut dapat melaju ke Utara tanpa halangan.
Ketika sang sopir
memindah wesel lagi dan draisin kembali ke jalur menuju ke Selatan, Bu Asisten
nampak tersenyum tersipu.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)