Senin, 01 Juli 2013

CERITA HUMOR : BARTER

BARTER
(Trilaksito Saloedji)

Sopirku bernama Bahra. Sudah beberapa tahun bekerja bersamaku. Dia pernah bercerita mempunyai saudara di Kayumas. Sebuah Perkebunan Kopi milik PTP Aneka Tanaman. Terletak di lereng sebelah Barat Laut gunung Ijen. Tiga puluh kilometer dari jalan raya arah ke Situbondo.
Dia berkata bahwa sudah beberapa tahun tidak menjenguk saudaranya. Persil / Perkebunan adalah tempat yang sepi. Tidak dijumpai warung makan maupun toko pracangan.
‘’Begini saja’’, aku berkata kepadanya : ‘’Ayo hari Minggu depan kita pergi kesana. Nanti aku akan mengajak dua atau tiga orang teman lagi’’. Dia menyambut dengan senang hati. Lalu dia mengirim surat kepada saudaranya itu, dititipkan sopir truk yang setiap hari naik ke Perkebunan itu. Aku bertanya : ‘’Kalau tidak ada warung lalu kita makan di mana?’’ Jawabnya : ‘’Biarlah di rumah saudara saya, nanti Bapak bawa oleh-oleh gula.

Kami jadi pergi berlima. Bujangan semua kecuali Bahra. Bujangan kemana pergi tiada yang melarang. Benar juga. Yang jelas selalu mengantongi uang. Aku membawa gula dua kantong masing-masing lima kiloan. Teman-temanku tidak ada yang tahu.

Jalan menuju Kayumas sangat sempit dan menanjak serta berkelok-kelok. Jika berpapasan dengan kendaraan lain, salah satu harus berhenti. Kiri dan kanan jalan  adalah jurang atau tanah yang agak rendah ditanami kopi. Beberapa kilometer dari Kayumas ada sebuah Pos Pemantau. Sebelum kendaraan naik ke Kayumas, kendaraan harus berhenti dulu menunggu Pemantau tilpun ke Pos atas. Apakah ada kendaraan yang turun dari atas. Demikian juga bila kendaraan yang akan turun menunggu keterangan dari Pos bawah, apakah ada kendaraan yang naik.

Sampai di atas hawanya sejuk ke arah dingin. Jalan persil mulus, di kiri kanannya ditanami kopi. Kita menyusuri jalan yang berkelok-kelok menanjak menuju perumahan persil yang terjauh. Daerah di atas persil itu ditumbuhi/ditanami cemara.

Hawa yang dingin dan waktunya makan siang. Beberapa temanku sudah mulai gusar. Ada yang berandai-andai jika membawa makanan, betapa nikmatnya. Ada yang bertanya : ‘’Pak Bahra apakah ada warung di sekitar sini ?’’ Jawabnya : ‘’Tidak ada Pak’’
‘’Kalau begitu bawa uang tidak laku nih’’
Aku menyahut : ‘’Ayo mana uangnya nanti kita bisa makan di sini’’.
Aku lalu memberi kode kepada Bahra. Dia lalu mengarahkan kendaraan menuju rumah saudaranya. Disitu kita dijamu makan. Aku barter dengan gula satu kantong.

Ketika mau pulang kita mampir ke petani sukses yang menanam apel manalagi. Di situ kita dijamu apel dan masing-masing diberi satu kilogram apel. Ketika kami menanyakan berapa yang harus kami bayar ? Si empunya rumah dan kebun appel itu menolak pembayaran. Teman-teman tidak tahu bahwa Bahra sebelumnya sudah menyerahkan oleh-oleh sekantong gula. Mengherankan, di abad sputnik, di sini masih menggunakan sistem ‘barter’. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...