Senin, 01 Juli 2013

CERITA HUMOR : PEKAK

PEKAK
(Trilaksito Saloedji)

Kami mempunyai seorang pembantu perempuan di rumah. Sudah tua dan kurang pendengarannya. Namun kesetiaan dan kejujurannya perlu diacungi jempol. Suatu hari sejak pagi aku dinas keluar kota. Sore baru sampai di rumah kembali. Setelah makan malam istriku bercerita

- ‘’Tadi aku menghadiri rapat di Balai Pertemuan. Baru setengah jalan, tiba-tiba Jeng Ina (tetanggaku) menyusul aku supaya pulang karena Simbok menangis. Dalam perjalanan pulang Jeng Ina berkata : ‘’Simbok menangis dan berteriak kebingungan di halaman rumah. Kebetulan saya ada di depan. Saya tidak mengerti ada kejadian apa’’. Mendengarnya, aku mulai gusar. Tanda tanya memenuhi benakku. Ada apa gerangan ?

Sampai di rumah, Simbok masih menangis. Melihat kedatanganku dia segera bercerita dengan bahasa Jawa logat Madura yang bisa kumengerti : ‘’Tadi ada Polisi tanya apakah ini rumah Bu Tri. Saya jawab : ‘benar’. Lalu dia memberitahu bahwa anak Bu Tri bernama Danang mengalami kecelakaan di Lumajang’’.

Aku bingung. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Pikiranku kalut, membayangkan kejadian tragis yang menimpa anakku. Jangan-jangan dia ditabrak sepeda motor ketika sedang berjalan atau menyeberang jalan. Atau dia diajak temannya naik sepeda motor lalu mengalami kecelakaan. Mungkin melihat keadaanku, Jeng Ina mempunyai inisiatip tilpun salah seorang ibu yang mengikuti rapat.

Tidak lama kemudian beberapa ibu-ibu sudah berada di rumahku. Setelah jelas ceritanya aku diantar dengan mobil oleh beberapa ibu ke Lumajang. Aku hanya mengikuti prakarsa ibu-ibu. Pertama ke kantor Polisi Lalu lintas menanyakan adanya kecelakaan hari ini. Agak lega, Polisi mengatakan bahwa sampai dengan siang hari tidak ada kecelakaan sepeda motor.

Setelah itu ada seorang ibu yang mengajak melihat ke rumah sakit dengan alasan mungkin saja ada kecelakaan yang tidak dilaporkan ke Polisi. Tetapi kalah suara dengan ibu-ibu yang mengajak ke sekolah SMAN di mana anakku sekolah. Kepala Sekolah yang menerima kami juga terkejut. Maka beliau minta waktu untuk melihat di kelas. Menunggu kembalinya Bapak Kepala Sekolah rasanya aku tidak sabar. Alhamdulillah Bapak Kepsek kembali ke kantor bersama anakku, yang segar bugar.

Selama perjalanan pulang aku menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT. Sedangkan ibu-ibu tak henti-hentinya membahas berbagai motif  adanya berita bohong ini.

Mendengarkan cerita istriku, aku memaklumi bagaimana bingungnya jika mendengar berita kecelakaan yang menimpa  keluarganya.
Dua hari kemudian ketika aku berjalan pulang dari kantor bersama sejawatku yaitu Pak Sutar. Beliau mengatakan bahwa nanti sore akan ke Lumajang menjenguk kemenakannya yang dua hari lalu mengalami kecelakaan sepeda motor. Aku menjadi tertarik untuk menanggapinya.
‘’Apakah keponakan Pak Sutar sekolah SMA ?’’ Dia mengangguk.
‘’Siapa namanya ?’’ Jawabnya : ‘’Nanang’’.  Tanyaku : ‘’Maaf  Pak, nama Ibu Sutar siapa ?’’
‘’ Sri Sulastri’’. Rupanya dia heran, sehingga terlontar pertanyaannya : ‘’Pertanyaannya kok rinci betul, ada apa ?’’  Jawabanku : ’’Begini Pak, dua hari yang lalu ada seorang Polisi datang ke rumah, diterima Simbok. Katanya Polisi tersebut, putra bu Tri yang bernama Danang mengalami kecelakaan sepeda motor’’.

Dasar telinga Simbok pekak, Nama bu Sri di dengar bu Tri, nama Nanang didengar Danang. Sehingga membuat gusar orang banyak. *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...