PEKAK
(Trilaksito Saloedji)
Kami mempunyai seorang
pembantu perempuan di rumah. Sudah tua dan kurang pendengarannya. Namun
kesetiaan dan kejujurannya perlu diacungi jempol. Suatu hari sejak pagi aku
dinas keluar kota. Sore baru sampai di rumah kembali. Setelah makan malam
istriku bercerita
- ‘’Tadi aku
menghadiri rapat di Balai Pertemuan. Baru setengah jalan, tiba-tiba Jeng Ina
(tetanggaku) menyusul aku supaya pulang karena Simbok menangis. Dalam
perjalanan pulang Jeng Ina berkata : ‘’Simbok menangis dan berteriak
kebingungan di halaman rumah. Kebetulan saya ada di depan. Saya tidak mengerti
ada kejadian apa’’. Mendengarnya, aku mulai gusar. Tanda tanya memenuhi
benakku. Ada
apa gerangan ?
Sampai di rumah, Simbok masih menangis. Melihat kedatanganku
dia segera bercerita dengan bahasa Jawa logat Madura yang bisa kumengerti : ‘’Tadi
ada Polisi tanya apakah ini rumah Bu Tri. Saya jawab : ‘benar’. Lalu dia
memberitahu bahwa anak Bu Tri bernama Danang mengalami kecelakaan di Lumajang’’.
Aku bingung. Tidak tahu apa yang harus kulakukan. Pikiranku
kalut, membayangkan kejadian tragis yang menimpa anakku. Jangan-jangan dia
ditabrak sepeda motor ketika sedang berjalan atau menyeberang jalan. Atau dia
diajak temannya naik sepeda motor lalu mengalami kecelakaan. Mungkin melihat
keadaanku, Jeng Ina mempunyai inisiatip tilpun salah seorang ibu yang mengikuti
rapat.
Tidak lama kemudian beberapa ibu-ibu sudah berada di
rumahku. Setelah jelas ceritanya aku diantar dengan mobil oleh beberapa ibu ke
Lumajang. Aku hanya mengikuti prakarsa ibu-ibu. Pertama ke kantor Polisi Lalu lintas menanyakan adanya kecelakaan hari ini.
Agak lega, Polisi mengatakan bahwa sampai dengan siang hari tidak ada
kecelakaan sepeda motor.
Setelah itu ada seorang ibu yang mengajak melihat ke rumah
sakit dengan alasan mungkin saja ada kecelakaan yang tidak dilaporkan ke Polisi.
Tetapi kalah suara dengan ibu-ibu yang mengajak ke sekolah SMAN di mana anakku
sekolah. Kepala Sekolah yang menerima kami juga terkejut. Maka beliau minta waktu
untuk melihat di kelas. Menunggu kembalinya Bapak Kepala Sekolah rasanya aku
tidak sabar. Alhamdulillah Bapak Kepsek kembali ke kantor bersama anakku, yang
segar bugar.
Selama perjalanan pulang aku menyatakan rasa syukur kepada
Allah SWT. Sedangkan ibu-ibu tak henti-hentinya membahas berbagai motif adanya berita bohong ini.
Mendengarkan cerita istriku, aku memaklumi bagaimana
bingungnya jika mendengar berita kecelakaan yang menimpa keluarganya.
Dua hari kemudian ketika aku berjalan pulang dari kantor
bersama sejawatku yaitu Pak Sutar. Beliau mengatakan bahwa nanti sore akan ke
Lumajang menjenguk kemenakannya yang dua hari lalu mengalami kecelakaan sepeda
motor. Aku menjadi tertarik untuk menanggapinya.
‘’Apakah keponakan Pak Sutar sekolah SMA ?’’ Dia mengangguk.
‘’Siapa namanya ?’’ Jawabnya : ‘’Nanang’’. Tanyaku : ‘’Maaf Pak, nama Ibu Sutar siapa ?’’
‘’ Sri Sulastri’’. Rupanya dia heran, sehingga terlontar
pertanyaannya : ‘’Pertanyaannya kok rinci betul, ada apa ?’’ Jawabanku : ’’Begini Pak, dua hari yang lalu
ada seorang Polisi datang ke rumah, diterima Simbok. Katanya Polisi tersebut,
putra bu Tri yang bernama Danang mengalami kecelakaan sepeda motor’’.
Dasar telinga Simbok pekak, Nama bu Sri di dengar bu Tri,
nama Nanang didengar Danang. Sehingga membuat gusar orang banyak. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)