Senin, 01 Juli 2013

CERITA HUMOR : PATUH TANPA RESERVE

PATUH TANPA RESERVE
(Trilaksito Saloedji)

Aku bekerja di suatu BUMN. Bersama keluarga bertempat tinggal di daerah. Menempati sebuah rumah besar, dengan rumah induk dan tambahan  yang terdiri dari sebuah garasi, tiga buah sepen (ruang yang tidak seluas ruang tidur di rumah induk), sebuah dapur, sebuah kamar mandi luar dan sebuah gudang.

Kami mempunyai seorang pembantu perempuan tua dengan anak lelakinya. Si Embok mengurusi dapur dan cucian. Anaknya menjadi tukang kebun dan kebersihan rumah. Sekalian keduanya menjadi penjaga rumah kalau kami sekeluarga pergi menginap. Demikian berjalan bertahun-tahun.

Mendengar berbagai cerita miring tentang keamanan dan penipuan, setiap kami akan pergi selalu mengingatkan mereka berdua. Kalau ada orang datang siapapun juga, beralasan disuruh untuk memperbaiki televisi atau alasan lain jangan dipercaya. Dasar si Embok memang orang lugu, maka instruksi kami selalu diterima dengan patuh.

Hari Sabtu selepas kerja, kami sekeluarga ke Malang. Sebelum berangkat si Embok mengingatkan supaya rumah induk dikunci dan kuncinya dibawa saja. Tetapi oleh istriku kuncinya dititipkan padanya. Pulangnya hari Minggu sekitar pukul sebelas malam. Disambut dengan laporannya yang rinci.

Ada seorang lelaki tua, tadi datang bertamu setelah mahgrib. Mengaku famili istriku. Berniat menginap, sebab esoknya akan rapat ke Jember. Karena belum pernah tahu, maka Embok menyiapkan sepen muka untuk tidur tamunya, setelah menjamu kopi dan makan malam..
‘’Sekarang tamunya di mana?’’, tanya istriku. -‘’Itu tidur di sepen depan’’.
Mengingat sudah malam, biarlah dia tidur. Besuk pagi saja kutemui. Kami segera beristirahat. Tetapi tidur kami semalaman tidak nyenyak. Menebak-nebak siapa tamu kami ini.

Esoknya sehabis shalat subuh aku keluar. Sang tamu rupanya sudah mandi dan shalat. Setelah pintu sepen dibuka. Ternyata ……..paman istriku, seorang anggauta DPRD Tingkat II, yang cukup lama tidak ketemu. Kami berdua menyambutnya dengan ramah serta mohon maaf, karena si Embok menjamu dengan tidak sepantasnya. Ini berkat  indoktrinasi,  sehingga ‘’patuh tanpa reserve’’.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...