PATUH TANPA
RESERVE
(Trilaksito Saloedji)
Aku bekerja di
suatu BUMN. Bersama keluarga bertempat tinggal di daerah. Menempati sebuah
rumah besar, dengan rumah induk dan tambahan
yang terdiri dari sebuah garasi, tiga buah sepen (ruang yang tidak
seluas ruang tidur di rumah induk), sebuah dapur, sebuah kamar mandi luar dan
sebuah gudang.
Kami mempunyai
seorang pembantu perempuan tua dengan anak lelakinya. Si Embok mengurusi dapur
dan cucian. Anaknya menjadi tukang kebun dan kebersihan rumah. Sekalian
keduanya menjadi penjaga rumah kalau kami sekeluarga pergi menginap. Demikian
berjalan bertahun-tahun.
Mendengar
berbagai cerita miring tentang keamanan dan penipuan, setiap kami akan pergi
selalu mengingatkan mereka berdua. Kalau ada orang datang siapapun juga, beralasan
disuruh untuk memperbaiki televisi atau alasan lain jangan dipercaya. Dasar si
Embok memang orang lugu, maka instruksi kami selalu diterima dengan patuh.
Hari Sabtu
selepas kerja, kami sekeluarga ke Malang. Sebelum berangkat si Embok mengingatkan
supaya rumah induk dikunci dan kuncinya dibawa saja. Tetapi oleh istriku kuncinya
dititipkan padanya. Pulangnya hari Minggu sekitar pukul sebelas malam. Disambut
dengan laporannya yang rinci.
Ada seorang
lelaki tua, tadi datang bertamu setelah mahgrib. Mengaku famili istriku.
Berniat menginap, sebab esoknya akan rapat ke Jember. Karena belum pernah tahu,
maka Embok menyiapkan sepen muka untuk tidur tamunya, setelah menjamu kopi dan makan
malam..
‘’Sekarang tamunya di mana?’’, tanya istriku. -‘’Itu tidur
di sepen depan’’.
Mengingat sudah malam, biarlah dia tidur. Besuk pagi saja
kutemui. Kami segera beristirahat. Tetapi tidur kami semalaman tidak nyenyak.
Menebak-nebak siapa tamu kami ini.
Esoknya sehabis shalat subuh aku keluar. Sang tamu rupanya
sudah mandi dan shalat. Setelah pintu sepen dibuka. Ternyata ……..paman istriku,
seorang anggauta DPRD Tingkat II, yang cukup lama tidak ketemu. Kami berdua
menyambutnya dengan ramah serta mohon maaf, karena si Embok menjamu dengan
tidak sepantasnya. Ini berkat
indoktrinasi, sehingga ‘’patuh
tanpa reserve’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)