MADU ASLI
(Trilaksito Saloedji)
Siang ini kedua tamuku datang hampir bersamaan. Ben (sahabat
sejak sekolah) belum selesai memarkir motornya di halaman, muncul Subari
menjinjing tas berisi botol-botol madu. Keduanya kupersilakan duduk di ruang
tamu.
Subari bertubuh tinggi besar. Bentuk mukanya besar kekar. Giginya
sudah tanggal semua. Dia adalah penduduk Pananjakan yang letaknya dekat dengan
wisata Gunung Bromo. Kemana-mana banyak berjalan kaki tanpa alas apapun. Mata
pencahariannya adalah mencari / mengumpulkan madu di hutan lalu di jual ke kota .
Setelah keduanya kuperkenalkan, maka terjadilah pembicaraan
tentang madu.
Aku membuka pembicaraan : ‘’Pak Subari ini warga Tengger,
tubuhnya sehat karena berjalan jauh tanpa alas kaki dan banyak minum madu’’.
Subari senyum-senyum. Ben bertanya : ‘’Sampeyan usaha madu
sendiri atau menjualkan punya orang lain ?’’ Jawabnya : ‘’Oh tidak, setelah
minta ijin Mantri Alas, saya mengumpulkan madu dari hutan lalu saya jual’’.
Aku menambahkan : ‘’Madunya Pak Subari ini
asli’’
‘’Maksudnya ?’’,
tanya Ben. Penjelasanku : ‘’Biasanya peternak lebah madu memberi makan
madu dengan gula, kalau pohon-pohon di lingkungannya tidak sedang berbunga’’.
‘’Kalau lebah
madu hutan siapa yang ngasih makan gula ?’’, Subari menyela sambil
tertawa.
‘’Lebah madu di
hutan mengisap bunga tanaman apa ?’’, tanya Ben kepada Subari.
‘’Ya bunga tanaman
apa saja yang ada di hutan, antara lain tanaman Kaliandra’’, jawab Subari.
Aku bercerita :
‘’Kalau ingin mengetes keaslian madu ada beberapa cara : Teteskan di meja,
kalau didatangi semut berarti tidak asli. Kalau ditaruh di tempat dingin
(kulkas) lama-lama di bagian bawah botol ada kristal gula. Tuangkan madu ke
dalam gelas lalu taruh di dalam frezer madu tersebut tidak beku’’.
Ben menanggapi dengan santai : ‘’Bahaya lho kalau
membawa ’madu asli’ pulang kerumah’’.
Subari memandang
tidak mengerti. Aku bertanya : ‘’Memangnya kenapa ?’’
‘’Akan terjadi perang dunia dengan istri’’
‘’Kok bisa ?’’, aku tidak mengerti arah pembicaraannya. Ben
menjelaskan :
‘’Suami yang beristri lagi tanpa ijin istri, kalau membawa ’madu’nya
(istri barunya) pulang ke rumah tentu istri yang pertama akan berang’’ Kami
bertiga tertawa.
Jawabku : ‘’Kalau ’madu asli’ yang manis-manis legit itu sih
aku maklum Ben’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)