Minggu, 28 Juli 2013

CERITA HUMOR : RUANG OBSERVASI

RUANG OBSERVASI
(Trilaksito Saloedji)

Temanku bercerita. Pagi hari itu dadaku sebelah kiri terasa nyeri. Aku segera ke rumah sakit. Dokter klinik yang memeriksa segera mengirimkan aku untuk observasi. Perawat mengantarkan ke ruang ICCU.

Pakaianku diganti dengan pakaian rumah sakit. Ruangannya ber AC. Banyak alat-alat kedokteran di dalam ruang itu. Pasiennya bukan aku saja. Aku tidur di bed. Seorang perawat lalu memasang alat-alat kedokteran ke tubuhku. Berupa kabel-kabel yang ujungnya terasa seperti karet yang menggigit ke kulit, antara lain di dada, kaki dan tangan. Alat lain dipasangkan ke lengan kanan bagian atas. Kesemuanya dihubungkan ke alat kontrol yang bisa menunjukkan angka, grafik atau lampu.

Ketika seorang Dokter Spesialis datang memeriksa, aku bertanya: ‘’ Dok, bagaimana keadaan saya’’. Jawabnya : ‘’Irama jantung Bapak tidak normal, saya harap Bapak tenang-tenang sampai observasi ini selesai’’.  Mau tenang bagaimana. Terkungkung, seperti terpenjara.

Beberapa suara keluhan dan kepasrahan terdengar dari mulut-mulut pasien di ruang yang sama. Ada suara seorang pasien yang sudah kelewat batas. Menyumpah serapah dengan kata-kata yang tidak senonoh. Seorang perawat berusaha menenangkan pasien tersebut. Namun bukannya mereda. Pasien tersebut makin kesetanan, berteriak-teriak. Kemudian keadaan tiba-tiba menjadi senyap.

Aku mendengar langkah beberapa perawat menuju arah pasien yang berteiak-teriak tadi. Terdengar ada yang menarik kain penyekat. Ketika seorang perawat lewat, aku bertanya :  ‘’Sekarang pukul berapa suster ?’’ Katanya : ‘’Pukul sembilan Pak’’. Masya Allah aku di ruang ini sudah dua belas jam. Mata tetap terpicing.

Sayup-sayup terdengar ada orang tertawa dengan suara rendah. Lama-lama suara itu makin keras dan gaduh. Tertawa seperti merasakan geli yang tidak berkesudahan. Kalau begitu aku sempat tertidur. Terjaga karena suara tawa yang tiada hentinya. Ternyata suara tawa itu juga dari seorang pasien di ruang ini. Tiba-tiba suara tawa tersebut hilang seperti ditelan malam. Beberapa waktu kemudian terdengar ada yang mendorong sesuatu keluar ruangan ini. Diiringi suara tangis yang tertahan.  

Suara adzan pagi memanggil orang untuk shalat malam. Lalu aku bertanya kepada pasien di sebelah kanan tempat tidurku : ‘’Mengapa Bapak tidak tidur ?’’ Jawabnya : ‘’ Tidak bisa’’
Tanpa kutanya dia berkata : ‘’Apalagi ada kejadian tadi malam’’
‘’Kejadian apa ?’’, aku tidak mengerti maksudnya.
‘’Tadi malam kan ada dua orang yang meninggal, apa Bapak tidak mendengar ?’’.

Oh mungkin pasien yang menyumpah-nyumpah dan pasien yang tertawa heboh itu yang meninggal.  Aku bergidik  Malaikat pencabut nyawa semalam telah dua kali memasuki ruang ICCU ini.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...