RUANG OBSERVASI
(Trilaksito Saloedji)
Temanku
bercerita. Pagi hari itu dadaku sebelah kiri terasa nyeri. Aku segera ke rumah
sakit. Dokter klinik yang memeriksa segera mengirimkan aku untuk observasi. Perawat
mengantarkan ke ruang ICCU.
Pakaianku diganti dengan pakaian rumah sakit. Ruangannya ber
AC. Banyak alat-alat kedokteran di dalam ruang itu. Pasiennya bukan aku saja.
Aku tidur di bed. Seorang perawat lalu memasang alat-alat kedokteran ke
tubuhku. Berupa kabel-kabel yang ujungnya terasa seperti karet yang menggigit
ke kulit, antara lain di dada, kaki dan tangan. Alat lain dipasangkan ke lengan
kanan bagian atas. Kesemuanya dihubungkan ke alat kontrol yang bisa menunjukkan
angka, grafik atau lampu.
Ketika seorang Dokter Spesialis datang memeriksa, aku
bertanya: ‘’ Dok, bagaimana keadaan saya’’. Jawabnya : ‘’Irama jantung Bapak
tidak normal, saya harap Bapak tenang-tenang sampai observasi ini selesai’’. Mau tenang bagaimana. Terkungkung, seperti
terpenjara.
Beberapa suara keluhan dan kepasrahan terdengar dari
mulut-mulut pasien di ruang yang sama. Ada
suara seorang pasien yang sudah kelewat
batas. Menyumpah serapah dengan kata-kata yang tidak senonoh. Seorang perawat
berusaha menenangkan pasien tersebut. Namun bukannya mereda. Pasien tersebut
makin kesetanan, berteriak-teriak. Kemudian keadaan tiba-tiba menjadi senyap.
Aku mendengar
langkah beberapa perawat menuju arah pasien yang berteiak-teriak tadi.
Terdengar ada yang menarik kain penyekat. Ketika seorang perawat lewat, aku
bertanya : ‘’Sekarang pukul berapa
suster ?’’ Katanya : ‘’Pukul sembilan Pak’’. Masya Allah aku di ruang ini sudah
dua belas jam. Mata tetap terpicing.
Sayup-sayup terdengar ada orang tertawa dengan suara rendah.
Lama-lama suara itu makin keras dan gaduh. Tertawa seperti merasakan geli yang
tidak berkesudahan. Kalau begitu aku sempat tertidur. Terjaga karena suara tawa
yang tiada hentinya. Ternyata suara
tawa itu juga dari seorang pasien di ruang ini. Tiba-tiba suara tawa tersebut
hilang seperti ditelan malam. Beberapa waktu kemudian terdengar ada yang
mendorong sesuatu keluar ruangan ini. Diiringi suara tangis yang tertahan.
Suara adzan pagi memanggil orang untuk shalat malam. Lalu
aku bertanya kepada pasien di sebelah kanan tempat tidurku : ‘’Mengapa Bapak
tidak tidur ?’’ Jawabnya : ‘’ Tidak
bisa’’
Tanpa kutanya dia
berkata : ‘’Apalagi ada kejadian tadi malam’’
‘’Kejadian apa ?’’, aku tidak mengerti maksudnya.
‘’Tadi malam kan ada
dua orang yang meninggal, apa Bapak tidak mendengar ?’’.
Oh mungkin pasien
yang menyumpah-nyumpah dan pasien yang tertawa heboh itu yang meninggal. Aku bergidik
Malaikat pencabut nyawa semalam telah dua kali memasuki ruang ICCU ini.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah berkunjung di blog ini, sekarang tinggalkanlah jejak kamu di blog ini dengan cara berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.
Gunakanlah akun Google kamu atau dengan menggunakan name/URL blog yang kamu punya. :-)